DEKONSTRUKSI MAKNA DALAM KARYA SENI LUKIS

Artikel oleh Igi Anjangbiani, ISBI Bandung

Kata kunci: wacana, dekonstruksi makna , batasan

Sumber pengambilan dokumen: RD 2017 ANJ d

Relasi:

Dibuat: 23 April 2018

Abstraksi

Pengkaryaan ini memiliki semangat bermain , mendorong batasan , sekaligus bersifat satir . Karya ini juga merupakan bentuk kritik santun terhadap masyarakat , terhadap perkembangan yang menurut saya terlalu cepat dan tidak berimbang dengan tingkat kualitas manusia Indonesia secara umum . Warna warna yang di tampilkan merupakan samaran untuk menarik apresiator , dengan ini , penulis dapat membuat berbagai macam pelebaran makna dalam karya . Ketidak percayaan juga menjadi faktor penting dalam karya ini , penulis beranggapan bahwa ketidak percayaan seharusnya selalu ada dalam setiap pengambilan keputusan , dalam porsinya . Dalam karya ini juga , penulis mengangkat kembali persoalan seni rupa murni tentang pentingnya wacana dalam karya , mengapa karya tanpa wacana seakan akan menjadi karya yang tidak lebih penting ? jika dapat membuat apresiator lebih manusia tanpa embel embel wacana , kenapa tidak ? . Derrida berbicara tentang dekonstruksi makna yang anehnya hingga hari ini masih sangat relevan , di saat penyebaran sumber informasi bisa sangat cepat , dan orang bisa terkenal hanya dalam waktu 5 menit , permasalahan originalitas juga masih relevan . Dalam hati kecil kita semua , kita mengetahui bahwa di bawah matahari, tidak ada yang benar benar asli.


This art work , has a playfull spirit , pushing boundaries and also satire at the same tiem . This work also a humble critic to a society , to the unnatural-way too fast- growth that not equal with the quality of the society itself , generally . The colors that appeared on the artwork are decoy , it can be used as juxtaposition to a more complicated thing. Trust issue also play a big role at this artwork, trust issue should be there when the moment of chooise arise . It also questioning about narrative that in these days , play a major role in the art scene . is the non narrative artworks are useless ? if this kind of artwork have a chance to make human more humanist without a burden of narrative , why not ? Derrida talks about difference wich strangely still have relevancy on Indonesian society, when you can be famous in five minutes repeatedly . We also know in our deepest thought , we believe there is nothing original under the sun .

Hak Cipta

Copyright 2018 ISBI Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#