LAGA LAGÉ LAGU

Artikel oleh Rita Tila, ISBI Bandung

Kata kunci: penciptaan, sinden, ronggeng, musik, tari, narasi, tata cahaya

Sumber pengambilan dokumen: PASCA 2018 TIL

Relasi:

Dibuat: 28 Januari 2019

Abstraksi

Laga Lagé Lagu adalah sebuah karya yang substansi estetikanya merupakan
gabungan dari seni karawitan, tari, dan teater. Karya ini merupakan
penggambaran perjalanan fenomena Sindén di tatar Sunda, mulai dari Ronggéng,
Ronggéng Wayang, Juru Sindén, sampai pada akhirnya julukan Sindén digunakan
untuk menyebut sosok penyanyi yang mirip dengan Sindén, tetapi sejatinya bukan
Sindén.
Berbicara tentang Ronggéng yang dipandang sebagai cikal bakal Sindén di tatar
Sunda, tidak terlepas dengan kehidupan kesenian-kesenian yang muncul
setidaknya di awal abad 19. Oleh karena itu, karya ini mengungkapkan eksistensi
Ronggéng dalam Ketuk Tilu, Ronggéng Gunung, Gemyung dan Ronggéng ketika
mulai terlibat dalam pertunjukan wayang golek, yang selanjutnya disebut
Ronggéng Wayang. Dalam mengungkapkan hal itu, kendala yang sangat
mendasar adalah data-data yang berkaitan langsung dengan estetika musical dan
estetika tari. Mengantisipasi masalah itu, penulis menggunakan teori garap
(Rahayu Supanggah), yang menjelaskan bahwa garap adalah suatu tindakan
seniman yang menyangkut masalah imajinasi, interpretasi, dan kreativitas. Ketiga
konsep itulah yang kemudian dijadikan landasan penulis ketika menggarap
materi-materi sebagai gambaran pada awal abad 19.
Imajinasi, interpretasi, dan kreativitas dilakukan melalui proses eksplorasi
(pencarian) dan proses komposisi (pembentukan) karya, sehingga terwujud karya
Laga Lagé Lagu dengan struktur karya terbagi menjadi empat bagian, yaitu: (1)
penggambaran proses menjadi sosok Ronggéng; (2) penggambaran proses
Tawajuh dan Buka Panggung; (3) penggambaran proses perubahan dari sosok
Ronggéng menjadi Ronggéng Wayang, selanjutnya menjadi Juru Sindén; (4)
penggambaran fenomena Sindén di era tahun 1990-an sampai dengan saat ini.
Keempat bagian itu, diungkapkan dengan media Musik, Tari, Dialog, Narasi, dan
bahasa artistik, seperti tata cahaya dan dekorasi, menjadi satu kesatuan Laga
Lagé Lagu.


Laga Lagé Lagu is a piece work of art whose aesthetic substance is a combination
of karawitan art, dance, and theater. This work is a story potrayal of sinden
phenomenon in the land of Sunda, ranging from Ronggeng, Ronggeng wayang,
Sinden, until finally now a day, Sinden is used to name the figure of a singer
whom similar to Sinden but definetely it is not a pure Sinden.
Talking about the Ronggeng that is seen as forerunner of sinden is Sunda land is
cannot apart from the life of artistry that emerged at least in the early 19th
century. Therefore this work of art reveals the existence of ronggeng in Ketuk
Tilu, Ronggeng Gunung, Gemyung and Ronggeng, when it began to engage in
Wayang show, here in after called Ronggeng Wayang. In expressing it, the very
basic constrain is the datas that are directly related to the aesthetic of musical
and dance aesthetic.
To anticipated the problem, the author uses ‘teori garap’ by Rahayu Supangga,
which explains that ‘garap’ is an artist’s action whose concerned of imagination,
interpretation, and creativity. These three concepts are used as foundation and
basic by author when working on materials as an illustration in the early 19th
century.
Imagination, interpretation, and creativity is done through exploration process
(search) and process of composition (formation) of work, so that the artwork of
Laga Lagé Lagu with the work structure is divided into four parts : (1) Deciption
become a figure of Ronggeng. (2) Deciption of tawajuh and opened stage. (3)
Deciption a transformation from Ronggeng to Ronggeng Wayang. (4) Deciption
the Sindén phenomenon back in 1990 until now.
The four parts of it were expressed by music, dance, narrative and artistic
languages such as lighting and decoration into a single entity in the Laga Lagé
Lagu.

Hak Cipta

Copyright 2019 ISBI Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#