Toponimi Nama Tempat Berbahasa Sunda di Kabupaten Banyumas

Artikel oleh Cece Sobarma, Gugun Gunardi, Wahya, ISBI Bandung

Kata kunci: nama tempat, kearipan lokal, jati diri

Sumber pengambilan dokumen: RJ 2018 PAN XX VIII 2

Relasi:

Dibuat: 11 Februari 2019

Abstraksi

perubahan masyarakat yang terus menerus berpengaruh pada perubahan penamaan tempat di suatu daerah. tidak hanya sekedar nama, dalam penamaan sebuah tempat terkandung pandangan masyarakat pemiliknya. saat ini toponimi menjadi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusi sebagai bagian dari proses pembentukan identitas. selain di wilayah Jawa Barat dan Banten, Bahasa Sunda dugunakan pula oleh sebagian masyarakat Jawa Tengah yang berada di bagian barat, seperti kabupaten Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di wilayah Kabupaten Cilacap dan Brebes bahasa sunda sampai sekarang masih dugunakan. namun, di wilayah kabupaten Banyumas, bahasa sunda mengalami penyusutan. padahal, bahasa sunda di wilayah tersebut cukup menarik, yakni mesih di temukan kata-kata arkais, seperti pineuh -tidur- dan teoh -bawah-. wilayah ni juga masih menyimpan banyak tradisi lisan, diantaranya adalah ihwal cerita terjadinya nama tempat. pengkajian nama tempat merupakan sebuah upaya yang strategis dalam rangka penguatan jati diri bangsa karena nama tempat dipahami sebagai tanda yang mengacu pada cerita dan sejarah yang berakar pada budaya lokal. Tradisi ini berkontribusi terhadap kelanggengan nama berikut nilai-nilai budaya di dalamnya.


The continous changes of society have brought some impacts to the name of a place. Even through it is only a name, it actually deals with the cultural perspective of the surrounding communities. Currently, toponym becomes important for society as a part of identity formation processes including for the Sundanese. Beside spoken in West Java and Banten, Sundanese language is also spoken by Central Java communities who live in westren areas such as Cilacap, Brebes, and Banyumas regencies. In Cilacap and Brebes regencies, Sundanese language is still an effective language for daily communication. However, in Banyumas regency, this language undergo changes. In fact, the Sundanese language in Banyumas is a quite unique since the archaic words such a pineuh -sleeping- and teoh -below- are still found. This area still keeps its oral tradition such as the theory about the history of place names. The study of the place name is an effort to strengthen an identity as the place name can be understood as a symbol rooted on the history pf place in its local culture. This tradition contributes toward a sustainbility of place name along with their cultural values.

Hak Cipta

Copyright 2019 Perpustakaan ISBI Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#