Visualisasi dan Trasnformasi Kebertubuhan dalam Film Animasi Planes (kearah pembentukan mitos baru)

Artikel oleh Acep Iwan Saidi, Agung Eko Budiwaspada, ISBI Bandung

Kata kunci: Tranformasi, visualisasi, kebertubuhan, personifikasi, metafora, tradisi, mitos

Sumber pengambilan dokumen: RJ 2015 PAN IV

Relasi:

Dibuat: 22 Februari 2019

Abstraksi

Penelitian ini bertajuk -Visualisasi dan Tranformasi Kebertubuhan dalam Film Animasi Planes-. Sebagai film animasi, Planes menarik karena menggunakan benda benda mati, dalam hal ini pesawat, sebagai tokoh cerita. Fakta ini mengindikasikan dilakukannya trasnformasi karakter oleh animator, yakni dari karakter -yang mati- ke -yang hidup-. Dengan menggunakan metode analisis struktural dan semiotik, ditemukan bahwa tranformasi tersebut dilakukan melampaui sarana retorika personifikasi -membuat seolah olah yang mati menjadi hidup-. Di dalam planes, -yang hidup- itu tidak berada di dalam pikiran dan imajinasi apresiator sebagai yang seolah olah, melainkan hadir di luar pikiran, berdiri sendiri sebagai realita sotonom. Berdasarkan hal itu, planes merupakan film animasi yang membuka ruang bagi terciptanya mitos baru dalam sejarah cerita. Jika fable merupakan mitos dalam tradisi kelisanan primer, planes memungkinkan terbentuknya mitos dalam tradisi lisan digital.


his research is entitled -Visualization and Transformation of Embodiment in the Film of Planes Animation-. As an animation film, planes is intersting because it is using inanimate objects, in this case the planes, as characters. This fact indicates that the characterstranformation is done by an animator, From the character of inanimate objects in to live character. By using the method of structural and semiotic analysis, Found that the tranformation is done not only for personification -it is made as if the inanimate objects become alive-. In the planes, -the living things- not only exist in the mind as imagination, but is it exist out of the mind, as an autonomous reality. Based on that, planes is the animation film wich opens space for creating a new myth in the story of culture. Like the fable as a myth in the tradition of primary oralitiy, planes allows the transformation of myth in digital oral tradition.

Hak Cipta

Copyright 2019 ISBI Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#