Rurukan: Manajemen Tradisi Masyarakat Petani Rancakalong

Artikel oleh Euis Suhaenah, Prodi Seni Tari STSI Bandung

Kata kunci: Rurukun, Kearifan Lokal, Manajemen, Organisasi Tradisi

Sumber pengambilan dokumen:

Relasi:

Dibuat: 22 Desember 2016

Abstraksi

Rurukun adalah organisasi tradisi lama masyarakat petani di Rancakalong Sumedang. Rurukun ini sangat dominan dan berperan penting dalam ritual upacara adat Ngalaksa, bubur Syuro dan upacara lainnya yang diselenggarakan oleh masyarakat Rancakalong. Rurukun ini berkaitan dengan pola pikir dalam memuliakan padi dengan konsep Sanes Migusti Nyai (padi) tapi Muspusti Damelan Gusti (bukan menyembah padi tapi memelihara ciptaan Tuhan) yang memberi petanda akan keyakinannya (agamanya) pada sikap sinkretis. Dilengkapi pula dengna realitas sikap yang disimbolkan dalam keseluruhan rangkaian upacara adat di Rancakalong. Antara latar belakang, tujuan, dan simbol-simbol yang dipakai dalam ritualnya menyiratkan sebuah ramuan artefak masyarakat ladang-sawah, agama Hindu-Budha Islam.
Fokus pembahasan dari penelitian ini megkaji konsep Rurukan, melalui teori manajemen pengorganisasian G. Terry sebagai sebuah artefak di masyarakat petani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pengumpula data dan melakukan pengamatan laangan. Pengamatan peran Rurukun sebagai institusi pelaksana dalam upacara adat Ngalaksa, didukung juga dengan wawancara dan rekam kejadian. Studi pustaka dan dilanjutkan dengan memahami objek untuk mengamati dan berinteraksi, telah dilakukan sebelum ke lapangan.
Berdasarkan manajemen pengorganisasian G. Terry, Rurukun sebagai kegiatan upacara di masyarakat Rancakalong dapat dilaksanakan degan optimal. Kegiatan tersebut oleh Saehu Rurukan dan manajemennya diciptakan oleh masyarakat setempat sebagai budaya yang erat hubungannya dengan pola hidup masyarakat petani yang bertujuan untuk menghidupkan tanaman padi.
Manajemen Rurukun sebagai manajemen tradisional juga telah menerapkan konsep manajemen modern. Hal ini berarti, bahwa masyarakat Rancakalong, dengan kearifan lokal yang dianut dan dimilikinya secara turun-temurun, menjadikan manajemen Rurukunsebagai kegiatan tradisi yang kemudian menjadi pedoman hidup mereka sehari-hari.


Rurukun is an old organization tradition for farmers in Rancakalong in Sumedang. This Rurukan has a great role and very dominant in Ngalaksa Ritual, Bubur Syuro ritual and either with some other rituals held in Rancakalong. This Rurukan goes together with the farmers mind set in glorifying the rice plant through the concept of Sanes Migusti Nyai (rice) but Mupusti Damelan Gusti, means"they are not worshipping the rice plant" but "they maintain the God creations", which shows their beleive (their religion) in the attitude of syncretism. This ritual also equipped with the posture of reality symbolized in the overall ritual series in Rancakalong. Among of those backgrounds, purposes, and symbols were used in that ritual depiciting an artifact of the people"s creations of farmland-rice field and the religions (Hind-Buddha-Islam).
The focus of this research is to investigate the Rurukun"s concept through G. Terry"s theory management organization as an artifact in farmer"s environment. Rurukan as the institution league, which iis covering the group of human resources hereditarily, is headed by Ketua/Saehu Rurukan. Management organization in rurukan was created by people as a local custom which close related to the farmers way of life in order to keep the rice plants alive.
Based on G Terry"s management organization, Rurukun as a ritual activity in Rancakalongsociety can be conducted optimally. This research uses qualitative descriptive through collecting data and field observation, the live observation of the rule of Rurukanas an institution organizer in Nagalaksa ritual, carried with interview and event-transcriptions process. Literature review and followed with understanding the object to observing and interacting were completely done beforehand. This resesrch shows that the rurukan concept and the G. Terry"s theory management organization concept, where the Triangtu (MNW) in Rurukun concept and the G. Terry"s POAC concept, both of them has the sam perspective and apllication. This Ngalaksa ceremony proves that management in the old traditional concept has been applied properly. This application depicts that the Rancakalong people, with their professed wised-local custom hereditarily, as the organizer of their traditional activities who became their life orientation and well practiced in their daily life.

Hak Cipta

Copyright 2016 Institut Seni Budaya Indonesia - Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#