Film Dokumenter Fashion Syndrome

Artikel oleh Febriandi Dimas Wara, ISBI Bandung

Kata kunci: film dokumenter, fashion, remaja, radio

Sumber pengambilan dokumen: RF 2016 WAR

Relasi:

Dibuat: 27 Januari 2017

Abstraksi

Karya film yang berjudul “Fashion Syndrome” ini mengangkat sebuah fenemona unik dibalik perkembangan trend fashion. Sebuah penampilan yang pada hakikat nya berfungsi untuk ‘memperindah’ orang yang memakainya, dalam film ini akan disajikan mengenai sekelompok orang yang berpenampilan namun karena pilihan pakaian mereka tidak sesuai hingga akhir nya mereka nampak terlihat ‘tidak biasa’ dan sering disebut dengan “Alay”.
Film “Fashion Syndrome” ini menyuguhkan sesuatu yang baru dalam khasanah dunia film dokumenter, karena pembawaan atau gaya bertutur filmnya menggunakan radio, yang dimana film nampak seperti sesi siaran radio yang membahas tentang dunia fashion.
Masalah perilaku-perilaku remaja yang ‘menyimpang’ khususnya pada masalah fashion (penampilan) menjadi daya tarik sendiri ketika itu terlihat secara natural dengan teknik pengamilan gambar candid . itu semua dikemas menjadi satu film dokumenter yang unik.


Films entitled "Fashion Syndrome" is lifting a unique fenemona behind the development of the fashion trend. An appearance on the nature of its functions to "beautify" the person wearing it, in this film will be presented on a group of people who looked but because the choice of their clothes do not match up to its end of their evident and "unusual" and often called the "Alay".
The film "Fashion Syndrome" is presenting something new in the world repertoire of documentary film, because the film style of personality traits or using radio, which is where the film looks like a radio broadcast session that discusses the world of fashion.
Problem behaviors of adolescents "deviant" in particular on the issue of fashion (appearance) become an attraction itself when it looks natural with pengamilan techniques candid pictures. it"s all packed into one unique documentary

Hak Cipta

Copyright 2024 Perpustakaan ISBI Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#