JAMPARING ASIH PENYAJIAN VOKAL DALAM KAWIH WANDA ANYAR

Artikel oleh Mieke Mulya Hartika, ISBI Bandung

Kata kunci: jamparing asih, kawih wanda anyar

Sumber pengambilan dokumen: RB- 2016 HAR

Relasi:

Dibuat: 01 Maret 2017

Abstraksi

Berdasarkan sudut pandang pengertiannya, Wanda Anyar terdiri dari kata Wanda (sunda) = gaya, dan kata Anyar (sunda) = baru, sehingga Wanda Anyar artinya adalah gaya baru. Wanda Anyar adalah dua kata yang saat ini telah berfungsi sebagai nama, artinya sebagai kata benda, bukan lagi sebagai kata sifat atau kata keterangan. Kata-kata, istilah, atau nama yang memiliki pengertian harviah tetapi tidak berkaitan dengan estetikanya. Kata-kata apapun, ketika berfungsi sebagai nama, ia adalah simbol dari wujud teks yang dinamainya (Lili Suparli – Makalah Seminar Wanda Anyar). Penyajian Vokal Kawih Wanda Anyar yang berjudul Jamparing Asih ini disajikan sama seperti biasanya Kawih Wanda Anyar disajikan terdiri dari 6 (enam) Repertoar lagu yang rumpakanya bercerita sesuai tema yang penyaji angkat serta vokal dan gending di garap sesuai dengan konsep.
Dalam penyajiannya penyaji mengkemas ulang semua Repertoar lagu yang menggunakan sistem medley dari lagu satu ke lagu lainnya dengan menggunakan gending dan Layeutan Swara sebagai jembatan. Awalnya menggunakan gending bubuka dengan tambahan layeutan swara yang menyuarakan seperti suara rintik-rintik hujan, lalu masuk lagu Hudjan Munggaran yang dilanjutkan pada lagu Jamparing Asih
yang di disajikan bersama rekan duet laki-laki dengan layeutan swara yang berada di sudut kiri dan kanan vokal. Dilanjutkan lagu Petjat Sawed yang disajikan bersama rekan vokal laki-laki dan pada bagian keduanya menggunakan layeutan swara yang berada di belakang penyaji dan vokal laki-laki. Pada gending jembatan menuju lagu Tandjung vokal laki-laki keluar, lalu dilanjutkan ke lagu Tandjung yang ditambah sedikit Layeutan Swara yang berada di belakang penyaji. Saat gending jembatan dari lagu Tandjung ke lagu Leungiteun Layeutan Swara keluar yang nantinya akan masuk kembali ketika intro lagu Leungiteun. Kemudian masuk lagu Leungiteun yang disajikan dengan menggunakan Layeutan Swara pada saat pegulangan lagu kedua kalinya. Lalu dilanjutkan gending jembatan yang diisi oleh vokal laki-laki sambil masuk kembali dan Layeutan Swara. Setelah itu vokal mengisi gending dengan mengambil beberapa bait pada lagu Kuring Leungiteun dan dilanjutkan Layeutan Swara sebagai vokal penutup pada sajian Tugas Akhir (TA) Vokal Kawih Wanda Anyar. Dalam sajiannya, pada lagu apapun semua waditra kacapi dan Layeutan Swara dikemas sesuai dengan konsep yang ditambah pelengkap waditra lain.
“Cinta tidak selamanya sesuai dengan yang kita inginkan, karena setiap hati memiliki tapsir yang berbeda. Membina kebersamaan memang butuh waktu untuk menyamakan keinginan yang kita idam-idamkan. Hal ini akan tercermin pada sajian Vokal Kawih Wanda Anyar dengan Judul Jamparing Asih”.


Hak Cipta

Copyright 2017 Institut Seni Budaya Indonesia - Bandung. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

#