MENIMBANG RUANG MENATA RUPA WAJAH DAN TATA PAMERAN SENI RUPA Karya Mikke Susanto (Yogyakarta: Galang Press, 2004)

Array oleh Suharno, STSI Bandung

Kata kunci: ruang seni rupa

Sumber pengambilan dokumen: Jurnal Panggung XXXV, 2005

Relasi:

Dibuat: 13 Maret 2007

Abstraksi

Ruang bisu itu terletak di salah satu sudut galeri. Luasnya tidak seberapa, namun posisinya cukup strategis, sehingga ketika orang masuk akan langsung menatapnya. Tidak sembarang karya boleh dipajang di situ, sebab ruang itu sakral. Pemilik galeri, para kurator, kolektor, kritikus, dan perupa, sudah hafal betul bahwa karya yang terpajang di ruang tersebut pasti laku. Maka ketika pameran berlangsung, dalam sekejap ruang itu menjelma menjadi teks pertarungan sekaligus kompromi antar kepentingan. Perupa, pemilik galeri, kurator, kolektor, dan para sponsor, adalah untuk menyebut sebagian pihak-pihak yang berebut kepentingan tersebut. Tentu saja, makna dari kepentingan ini tergantung dari berbagai hal, semisal dari titik mana pameran tersebut dibangun, siapa yang bermain di baliknya, siapa yang memberi makna, dan seterusnya, mengingat makna bersifat relasional (Berger, 2005:205).


n/a

Hak Cipta

Copyright (c) 2001 by Perpustakaan STSI. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Kontributor

herry_erawan@stsi-bdg.ac.id